Tulisan ini sudah lama saya tulis dan publish di account
Facebook saya, tulisan khusus yang saya dedicated kan khusus untuk wanita
terbaik didunia, Ibu..
Dua puluh tahun aku mengenalnya.. Dua puluh tahun aku hapal
senyumannya, dua puluh tahun aku ingat suaranya, dua puluh tahun aku
bersamanya.. Seorang wanita yang tidak sempurna namun terbaik di dunia,
Ibu..begitu aku memanggilnya.
1 Oktober seorang bayi dilahirkan dengan keadaan sehat, Ia
menangis karena harus meninggalkan tempat ternyaman yang pernah ia miliki
sebelumnya, rahim seorang Ibu. Lalu dekapan hangat menyelimutinya, tangan
lembut itu memeluknya, seolah-olah mengatakan "Inilah tempat ternyamanmu
sekarang sayang". Tangan Ibu, memberinya kekuatan..
Menginjak usia 5 tahun, Ia diantar ke sebuah taman
kanak-kanak, sang Ibu hanya menungguinya sebentar, tersenyum dibalik jendela
ruang kelas, lalu pergi. Ia berfikir bahwa Ibu tidak sayang kepadanya, dan iri
melihat Ibu teman-temannya menunggu mereka di luar kelas. Kemudian Ia tahu
bahwa Ibunya mengajarinya sebuah kemandirian.
Duduk dikelas satu sekolah dasar Ia menemukan beberapa
kesulitan. Membaca. Memang teman-teman sekelasnya pun belum ada yang lancar
membaca, namun tidak bagi keluarganya. Kedua kakaknya begitu cepat mempelajari
bahasa, baik membaca dan menulis. Ibu kemudian mengajarinya dengan extra, tak
jarang, Ia menangis karena lagi-lagi ia berfikir ibu tak menyayanginya. Kemudian
ia tahu Ibu mengajarinya sebuah kedisiplinan. Kemudian dia menjadi yang
terdepan di kelas. Memiliki kemampuan dalam menguasai banyak bahasa, berbicara
didepan umum, dan kemampuan menarik orang lain dengan kata-kata, baik lisan
maupun tulisan.
Seorang adik lahir ketika ia berusia 4 tahun. Ia
menyayanginya, namun tak jarang mengganggunya. Ketika ia berusia 7 tahun, Ia
bermain dengan sang adik, dan tidak sengaja membuat tangan adiknya yang baru
berumur 3 tahun terjepit. Adiknya terluka, Ibu kemudian menghukumnya untuk
tidak keluar dari rumah, Ia menangis dan merasa Ibu benar2 tak sayang padanya.
Kemudian ia tahu Ibu mengajarinya agar tidak berbuat Lalai. Salah satu hal
fatal yang tidak boleh ia lakukan jika kelak ia telah menyandang gelar sebagai
profesi hukum.
Usia 9 tahun, Ibu meninggalkannya demi melanjutkan studinya
di luar. Dan nenek mengambil alih pengasuhannya. Sering ia merasakan
kehilangan, karena kasih sayang orang lain meski itu adalah Ibu dari Ibunya,
tak akan pernah sama dengan kasih sayang Ibunya. Kemudian ia tahu Ibu berusaha
mati-matian untuk selesai dengan cepat demi anaknya, tak jarang Ibu tak pernah
tidur demi mengerjakan tugas dengan cepat. Ditengah2 kesibukannya Ibu menulis
berlembar-lembar surat untuk anak-anaknya, mengatakan Ibu baik2 saja, berbohong
kepada anaknya, karena Ibu sebenarnya sedang kesusahan dan sangat letih.
Usia 12 tahun, ia dikirim ke pesantren, mengikuti jejak
kedua kakaknya yang juga telah lebih dulu mendapat pendidikan disana. Setiap
seminggu sekali ibu menjenguknya di pesantren. Membawa berplastik-plastik
makanan buatannya. Barang-barang kebutuhan untuknya dan kedua kakaknya. Ibu
selalu membuat makanan2 itu sendiri. Jika ia meminta apapun, Ibu tak pernah
membelinya ia membuatnya sendiri. Setiap hari jumat Ibu datang, masih
mengenakan pakaian kerjanya, Ibu berjalan tertatih2 membawa begitu banyak
bawaan dikedua tangannya yang kecil. Berusaha menutupi wajah lelahnya dengan
sebuah senyuman. Namun sang anak tidak membalasnya dengan sambutan hangat, Ia
merengut ketika melihat Ibu melupakan satu barang pesanannya. Senyum Ibu
lenyap, lalu kemudian mengatakan "Besok, Ibu datang lagi" dan
berusaha tersenyum kembali. Kemudian ia tahu Ibu mengajarkannya tentang
Keikhlasan.
Suatu hari ketika ia masih mondok di pesantren, Ia sakit.
Salah satu kakaknya menelpon Ibu dirumah. Ibu sangat cemas, Ibu punya kebiasaan
menderita sakit perut setiap kali ia khawatir tentang anaknya. Jam 11 malam,
Ibu datang ke pesantren, menembus hawa malam yang dingin dan lupa bahwa Ibu
punya asma. Mengitari jalan raya yang sepi tanpa peduli keselamatannya. Hanya
satu keinginannya, melihat anaknya baik-baik saja. Sesampai di pesantren, Ibu
tidur disamping si anak. Ibu tidak tidur di kasur, karena itu adalah kamar
pondok yang sempit dan terisi dengan dua belas santriwati lainnya yang
berdesakan, sedang kasur yang bisa dipakai untuk mereka berdua hanyalah
kasurnya, Ibu rela tidur diatas papan yang berlubang-lubang. Padahal ketika itu
ada dua buah selimut, namun Ibu tak memakai satupun untuknya, Ibu rela kedinginan
demi menjaga anaknya agar tetap hangat dengan dua selimut. Kemudian ia tahu Ibu
mengajarkannya tentang Pengorbanan.
Usia 16 tahun. Ia telah duduk dibangku sekolah menengah atas
di sebuah sekolah umum negeri. Prestasi demi prestasi kemudian diukirnya.
Provinsi hingga nasional, namun Ibu tak pernah memujinya. Ibu hanya mengatakan
" Prestasi seperti itu adalah kewajaran sebagai pelajar". Ia kecewa,
dan mengganggap Ibu tak pernah menghargai dan bahagia dengan
prestasi-prestasinya. Ketika itu ia tidak tahu bahwa Ibu lah yang selalu berdoa
untuk kemenangannya di setiap sepertiga malam. Ibu yang tidak pernah memujinya
membuatnya terus ingin berprestasi lebih banyak lagi hingga sampai Ibu
memujinya. Kemudian Ia tahu Ibu mengajarinya tentang Motivasi.
Usia 18 tahun. Ia lulus disebuah perguruan tinggi negeri
paling bergengsi di Jakarta. Karena Ia sakit Ibu tidak mengizinkannya pergi. Ia
sedih dan merasa menyesali mengapa ia dalam keadaan sakit ketika itu. Ibu hanya
menatapnya dengan lembut, mengatakan bahwa Allah telah memberikan yang terbaik
untuknya selama ini. Kemudian Ia tahu Ibu mengajarinya Bersyukur.
Ibu kemudian pergi demi penelitian doktornya di luar negeri.
Ia kemudian mengambil alih tugas Ibu dirumah. Mulai dari mengurus rumah hingga
berbelanja kebutuhan bulanan, padahal Ia juga harus menunaikan kewajibannya
menuntut ilmu dan mengajar diluar. Ia selalu merasa berat dan lelah. Kemudian
Ia sadar seperti inilah perasaan Ibu setiap hari.
Usia 19 Tahun. Ibu menyuruhnya untuk memilih Hukum di
Universitas Negeri dikotanya sebagai pilihan di tes masuk perguruan tinggi. Ia
tidak setuju, karena Ia benar-benar tidak menyukai hukum. Ia benci hukum karena
pencitraan hukum sudah begitu buruk di masyarakat. Dan Ia ingin kuliah di luar
kota. Tapi Ibu bilang Ibu butuh dia untuk menemani Ibu dirumah, karena Kedua
kakaknya telah berkuliah diluar kota, Papa yang juga sibuk, dan Adik
laki-lakinya yang masih kecil agak sulit untuk diajak berbagi. Namun, demi
hanya sekedar membuat Ibunya berhenti memintanya, maka ia pun melingkari
pilihannya di tes masuk UMB, Hukum. Ia berfikir toh Ini bukan prioritas, toh
tidak mungkin lulus karena Ia pun tak pernah belajar untuk persiapan. Dan, Toh
target utamanya ada di SNMPTN nanti. Ketika itu sore hari, Ia membaca namanya
tertulis Lulus di layar laptop. Ibu begitu senang, tersenyum, lalu memeluknya
dan mengatakan "Selamat". Baru kali ini ia mendengar Ibunya
mengucapkan selamat kepadanya, prestasi bergengsi yang selama ini Ia dapat
bahkan tak pernah membuat kata-kata itu keluar dari lisan Ibunya. Ia menangis
senang dan terharu, Kemudian Ia bertekad Jalan ini lah yang akan ia ambil.
Pernah sebelumnya Ia meminta Ibu mengizinkannya kuliah di
Mesir dengan beasiswa, Namun Ibu mengatakan jadikan agama sebagai kehidupan.
Yang bisa didapat tidak hanya di bangku formal, namun dimana saja, karena Ilmu
Allah itu tidak terbatas hanya dengan tulisan dan hapalan. Ayat-ayat
kauniyahNya tersebar di penjuru bumi. Kuasai bidang dunia dan akhirat
bersamaan, sehingga kelak muslim lah yang menguasai keduanya. Dan pesan itu
terus dipegangnya, berusaha menggenggam erat agama di tangan kanannya, dan
dunia ditangan kirinya. Kemudian ia tahu Ibu mengajarinya tentang Tawazun
(Keseimbangan).
Sebelumnya pun ia pernah mengutarakan niatnya ke Ibu untuk
memilih bidang studi bahasa sebagai pendidikan utama formalnya. Kemudian Ibu
mengatakan Jadikan bahasa sebagai Plus, sebagai kelebihannya disamping Ia
memiliki ilmu utama lainnya. Hari-hari berlalu, perkataan Ibu benar, dengan
bahasa sebagai plus Ia mendapat tempat
lebih baik di bidang formalnya. Karena sedikit yang menguasainya. Kemudian Ia
tahu Ibu mengajarinya tentang Skills.
Ibu selalu membawa bekal dari rumah ke kantornya. Ketika
berbelanja Ibu akan selalu membeli barang yang mendapat potongan harga. Ibu tak
pernah memberikan barang-barang dengan mudah kepada anaknya. Sehingga ketika
dewasa tidak satupun anak-anaknya yang merasa iri ketika melihat yang lain
memiliki benda bermerk, mahal, dan sedang trend di masyarakat. Mereka tidak
pernah meminta, karena Ibu berhasil mendidik mereka arti sebuah kesederhanaan.
Pernah suatu hari, Ibu pergi kesebuah negara. Dalam
pemeriksaan di Airport Ibu ditanyai dengan nada kasar, dibentak, karena
dianggap TKW dari Indonesia. Ibu hanya tersenyum, menunjukkan berkas2 kepada
petugas, dan petugas tersebut hanya terdiam lalu meminta maaf karena Ia baru
mengetahui Ibu disana sebagai peneliti dan dianggap sebagai tamu negara.
Lagi-lagi Ibu hanya tersenyum dan tidak marah setelah diperlakukan kasar dan
tidak terhormat. Kemudian ia tahu Ibu mengajarkannya tentang Kesabaran.
Ketika Ia dirawat dirumah sakit, suatu saat ia menangis
karena tinggi panasnya membuatnya kesakitan. Ibu kemudian mencium keningnya dan
mengatakan " Semua baik-baik saja, Allah akan menyembuhkan". Ia
kemudian tahu Ibu mengajarkannya tentang Kekuatan.
Ibu itu adalah Ibuku, Ibu yang melahirkan, dan membesarkanku
dengan cintanya. Ibu yang mengajarkan begitu banyak pelajaran dengan caranya
sendiri. Yang selalu tersenyum meski hatinya dilukai, yang selalu mengulurkan
tangannya ketika anak-anaknya jatuh, yang selalu mendukung anaknya dengan
apapun yang Ia miliki. Hingga tak jarang ia harus berusaha keras bekerja, dan
tidak jarang jatuh sakit. Hanya demi senyuman kebahagian anak-anaknya.
Yaa Rahman..
Sesungguhnya penjagaanMu adalah sebaik-baiknya penjagaan,
maka kumohon yaa Rabb, jagalah Ibu karena jiwa ini tak bisa terus menjaganya.
Berkahilah Umurnya, berikanlah ia selalu kesehatan, dan
jadikanlah hatinya tetap kepadaMu..
Jadikanlah ia sebagai hamba yang dapat meminum air dari
telaga kautsarMu..
Bariskanlah ia di shaf terbaik dengan Rasulullah, sahabat
dan mukmin lainnya..
Pakaikanlah ia jubah terbaik dari emas, hingga ia akan
bangga di akhirat nanti..
Beratkanlah timbangan kebaikannya di yaumul mizan kelak..
Mudahkanlah Ia melewati jembatan shirotul mustaqimMu..
Ampunilah dosa-dosanya, haramkanlah tubuhnya dari panasnya
nerakaMu..
Masukkanlah Ia ke surgaMu dari pintu manapun yang ia sukai..
Jadikanlah ia sebagai hamba pilihanMu yang dapat melihat
wajahMu kelak..
Cintailah ia yaa Rabb, karena sungguh Ia begitu mencintaiku melebihi
dirinya sendiri..
Ameen yaa Rahman..
Ibu, seberapa sempurnanya kehidupan orang lain, Bagiku
kehidupanku lebih sempurna karena ada engkau yang selalu menemani, Selamat Hari
Ibu, Bu..
**Kelebihan Ibu begitu banyak, namun Ibu memiliki satu kesalahan
yang sangat Fatal, Yaitu
IBU SELALU
MELUPAKAN KESALAHAN ANAK-ANAKNYA**
Dedicated To: The Best Mom Ever In The World (MY MOM)
16 Muharram 1432 H/ 22 Desember 2010 M
When I feel My Life Full With Mother's Love
Catatan yg sangat menggugah. Selalu melihat sisi kelebihan, Hikmah.
ReplyDeleteTerima kasih sudah singgah, Alhamdulillah semoga menginspirasi dan bermanfaat :)
Delete