Friday, September 28, 2012

Intanshurullah Yansurkum !! (Episode : My Dreams)

Hari ini, saya merasakan luar biasa bahagia, subhanAllah bahkan kata-kata tidak dapat menggambarkan betapa luar biasanya nikmat yang telah Allah berikan kepada saya di bulan ini. Dan luar biasanya lagi nikmat itu datangnya secara beruntun !!

Dimulai dari moto baru hidup saya yang telah lama saya camkan di dalam hati, kalimat penguat yang tak pernah membiarkan saya terjatuh dan menyerah di jalan Allah ini. Yah, kalimat itu adalah sepenggal ayat dari Al-Quran Karim "Intanshurullah Yansurkum (Jika kamu menolong Allah (Agama Allah) maka Allah akan menolongmu)"

Kalimat yang membuat saya yakin jika saya, meski hanya sedikit berkontribusi dijalanNya maka Allah akan membalasnya. Bahkan lebih !!

Diawali dengan niat untuk mendedikasikan diri ke Musholla kampus, untuk menebus rasa bersalah saya yang sudah hampir setahun melepas adik2 musholla begitu saja dengan segudang alasan kesibukan dan tak punya waktu. Akhirnya dimulai lah dari niat, saya tegaskan baru NIAT. Saya berniat mengajar adik2 musholla bahasa inggris hingga lancar dan mempersiapkan mereka untuk mendapat beasiswa2 luar negeri yang tersedia bagi mahasiswa S1. Sekali lagi saya tekankan baru niat, saya memang sudah mengkoordinasi adik2 untuk mendata peserta yang mau ikut kursus bahasa inggris cuma-cuma ini dan sekaligus pelatihan beasiswa abroad tersebut. Namun, karena kepergian saya ke Bangkok dan Jakarta selama 2 minggu ke depan, membuat kegiataan ini tertunda hingga kepulangan saya ke Medan.

Kemudian, 3 hari yang lalu adik2 akhwat musholla meminta saya untuk menjadi coach tari Saman untuk pertunjukkan Fakultas Hukum di acara Keputrian Dakwah Expo se-USU di Auditorium. Program AIYEP yang saya ikuti beberapa bulan lalu, alhamdulillah membuat saya dapat dikatakan sedikit pro dalam hal menari Saman.

Maka, 3 hari kemudian saya melatih 13 orang adik2 akhwat musholla dari sore hingga malam, meski kegiatan kampus padat, belum lagi persiapan ILSA (International Law Student Association) untuk study tour ke Bangkok lusa nanti membuat saya mau tak mau harus rela badan ini remuk redam karena tambahan "menyaman" intensif.

Namun, berkali2 saya meyakinkan diri dan mengulang-ulang kalimat ampuh yang saya yakin keampuhannya karena saya sendiri sudah berkali-kali membuktikan hal tersebut. "Intanshurullah Yanshurkum !!"

Bukan tak bisa bagi saya untuk memakai waktu saya mengajar anak-anak musholla untuk mengajar kembali secara profesional (dibayar maksudnya) di luar sana. Berkali-kali tawaran itu datang, dan gaji yang ditawarkan cukup menggiurkan. Namun, itu dia, kalimat itu yang membuat saya yakin untuk melakukan jual beli dengan Allah instead of human dan ayat Allah lainnya semakin menguatkan saya...

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka."(QS. 9:111)

Karena logika saya begini jika sebulan saya mengajar 7 siswa yang masing-masing membayar 1 juta maka total yang saya dapat sebulan adalah 7 juta. Income standar yang biasa saya dapatkan ketika mengajar dulu. Namun, kemudian saya berfikir dengan "Faith" yang saya miliki, jika saya mengajar adik2 Musholla itu secara cuma2, maka saya tidak akan mendapatkan seperser rupiah pun dari mereka, tapi saya akan mendapat bayaran dari Allah sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang saya harapkan, bahkan sesuatu yang tidak pernah berani saya idam-idamkan karena begitu tingginya. Apa yang tidak mungkin bagi Allah? Cukup hanya dengan "Kun" Nya maka Jadilah !!

Dengan keyakinan itu saya bertekad, oke saya akan jual beli dengan Allah dan bukan manusia.

Sebelumnya Allah telah membayar kontribusi saya itu meski baru berbentuk niat. Dengan kemudahan proses persiapan keberangkatan study tour ILSA minggu ini. Saya mendapat team yang solid, teman yang luar biasa hard working, yang bahkan saya rasa mereka lebih banyak bekerja dibanding saya yang ketua ILSA, Dosen2 Departemen Hukum Internasional yang luaarr biasaaaa kontribusinya, tanpa usaha dan kerja nyata beliau-beliau maka sulit untuk mencapai persiapan yang hampir sangat matang sekarang ini.

Hal itu kemudian semakin saya rasakan ketika kemudahan datang lagi lewat diterimanya universitas kami di universitas terbaik di Thailand dan bahkan Asia Tenggara. Ada sedikit hambatan memang sebagai contoh permohonan "Courtesy Call (Kunjungan Kehormatan) kami ke KBRI Bangkok sempat tidak dapat dipenuhi oleh Atase disana, karena satu dan dua hal. Namun, dosen HI yang luar biasa tetap berusaha hingga kemudian melalui alumni kampus yang sekarang menjadi Kepala Pusdiklat Kemlu, beliau langsung mengirimkan "surat berita resmi" dari Kementrian Luar Negeri kepada KBRI Bangkok untuk memenuhi permohonan courtesy call kami tersebut. Dan, Alhamdulillah tadi kami mendapat pernyataan langsung dari Kepala Pusdiklat Kemlu bahwa Duta Besar RI untuk Bangkok sendiri yang akan menerima kami di KBRI Bangkok nantinya. SubhanAllah, lagi-lagi, Intanshurullah Yansurkum !!

Dan nikmat yang luar biasa lainnya baru saja datang menghampiri saya siang ini. Pertunjukkan saman adik2 akhwat BTM Aladdinsyah di Auditorium benar-benar membuat saya bangga kepada mereka. Para penonton tersihir dengan kekompakan tarian saman mereka yang meski hanya dipelajari 3 hari namun telah menghasilkan gemuruh tepuk tangan yang luar biasa dari penonton. Bahkan penonton menobatkan pertunjukkan saman kami adalah pertunjukkan terbaik diantara semua fakultas. Senang, bangga, itu hal yang saya rasakan. Sakit dan rasa capek yang mendera saya selama melatih saman hilang seketika melihat wajah adik2 tersenyum senang dan haru karena tepuk tangan penonton atas apresiasi mereka terhadap gelombang kekompakan dari team "Kutiding" ini. Begitu mereka menyebut grup saman dadakan mereka, mengutip salah satu lirik dari syair saman.

Belum selesai rasa bahagia itu, ketika saya dan adik2 bercengkrama sebentar di Musholla, mengulang kembali hal-hal selama di atas panggung pertunjukkan. Seorang dosen HI tiba-tiba datang langsung ke Musholla untuk mencari saya. Saya sampai heran ternyata beliau sudah mencari saya hingga ke seantero fakultas. Saya fikir urusan study tour, ternyata dosen HI dan ketua departemen membawa kabar gembira untuk saya. Lewat beberapa lembar kertas yang berkop surat-kan "Kementrian Luar Negeri RI". Ternyata saya diutus untuk mengikuti "Pelatihan Delimitasi Batas Maritim" di Bali tanggal 10-12 Oktober nanti. Yaa Rahman, langsung mata saya mendadak berbinar, pelatihan tersebut adalah pelatihan ke-8 dimana pelatihan tersebut di hadiri langsung oleh pakar-pakar Hukum Internasional dari Amerika dan Australia dan Diplomat-diplomat yang membahas batas-batas maritim Indonesia dengan hampir 9 negara !! Yaa Rahman, itu pelatihan impian para akademisi hukum internasional, terlebih-lebih hukum laut internasional. Bagaimana tidak, pelatihan tersebut dilaksanakan secara terbatas dan tidak terbuka untuk umum. Di surat itu tertulis bahwa peserta pelatihan tersebut hanya para pejabat dari instansi yang menangani atau diproyeksikan untuk menangani masalah penetapan batas maritim, atau mahasiswa berprestasi dalam bidang hukum internasional di lingkungan fakultas hukum di universitas yang terpilih. Dan ternyata dari seluruh universitas di Indonesia, hanya 4 universitas yang beruntung mendapatkannya, salah satunya adalah USU.

Awalnya, saya katakan kepada dosen saya kalau saya masih berada di Jakarta pada tanggal tersebut, namun secara cepat saya katakan saya akan mempercepat kepulangan dan siap untuk ikut pelatihan. Meski saya harus merelakan PDT AIYEP yang saya tunggu2, meski saya harus merelakan bercengkrama dengan teman2 AIYEP yang sudah luar biasa saya kangenin. But, Hey, siapa yang mau melewatkan kesempatan ini, dimana hanya ada 4 mahasiswa dari seluruh Indonesia yang beruntung dapat bergabung di pelatihan internasional ini, dimana pelatihan ini mungkin dapat menjadi turning point bagi saya di kemudian hari. Dan luar biasanya lagi, saya sudah lama jatuh cinta pada hukum laut internasional, bahkan berniat skripsi saya dan master saya adalah hukum laut internasional. UNCLOS meski setebal bantal dan seberat baja, tetap merupakan konvensi terfavorit saya. Dan, Alhamdulillah, Hukum Laut Internasional semester kemarin saya mengantongi nilai A, meski sulit mendapatkan A dari dosen tersebut, namun lagi2 Allah begitu baik sehingga saya mendapat nilai tersebut. Jika tidak kesempatan ini bisa raib begitu saja dari saya karena salah satu syaratnya selain nilai IPK minimal 3.00, nilai Pengantar Hukum Internasional yang harus A dan TOEFL minimal 550, nilai Hukum Laut Internasional juga harus lah A. Lagi-lagi saya rasakan kebenaran janji Allah, yah, Intansurullah Yansurkum !! Jika bukan karena pertolongan Allah, maka saya tidak akan dapat nilai A dari dosen tersebut, bahkan saya sempat syok melihat nilai A untuk Hukum Laut Internasional tersenyum manis di Portal KRS. Yaa Rahman, Allah benar2 memudahkan jalan saya.

Beribu-ribu, bahkan berjuta-juta hamdalah tak akan cukup untuk membayar apa yang telah Allah berikan kepada saya hingga detik ini. Yaa Rahman, begitu luar biasanya Engkau dan begitu kuasanya Engkau merubah hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 2:245)

Jangan ragu menolong agama Allah, karena yakin lah Allah akan menolongmu dari jalan yang tidak disangka-sangka. INTANSHURULLAH YANSURKUM !!

Saturday, September 22, 2012

Signs of God

Say: "Praise be to God. He will show you His Signs and you will recognise them. Your Lord is not heedless of anything you do." (Qur'an an-Naml: 93)

In today's society, people assess the Qur'an very differently from what is the real purpose of its revelation. In the Islamic world, in general, very few people know the contents of the Qur'an.

Some Muslim people often hang the Qur'an on the walls of their houses within a decorative cover and elderly people read it from time to time. They assume that the Qur'an protects those who read it from "misfortune and trouble". According to this superstition, they consider the Qur'an a sort of amulet against misfortunes.

The Qur'anic verses, however, inform us that the purpose of the Qur'an's revelation is entirely different from what is mentioned above. For instance, in the 52nd verse of Surah Ibrahim, God states: "This is a communication to be transmitted to mankind so that they can be warned by it and so that they will know that He is One God and so that people of intelligence will pay heed." In many other verses, God emphasises that one of the most crucial purposes of the Qur'an's revelation is to invite people to ponder.

In the Qur'an, God invites people to reject blindly accepting the beliefs and values society imposes on them and to ponder by pushing aside all the prejudices, taboos and constraints on their minds.

Man must think on how he came into being, what is the purpose of his life, why he will die and what awaits him after death. He must question how he himself and the whole universe came into existence and how they continue to exist. While doing this, he must relieve himself of all constraints and prejudices.

By thinking, while isolating his conscience from all social, ideological and psychological obligations, the person should eventually perceive that the entire universe, including himself, is created by a superior power. Even when he examines his own body or any other thing in nature, he will see an impressive harmony, plan and wisdom at work within its design.

At this point again, the Qur'an guides man. In the Qur'an, God guides us as to what we should reflect on and investigate. With the methods of reflection given in the Qur'an, he who has faith in God will better perceive God's perfection, eternal wisdom, knowledge and power in His creation. When a believing person starts to think in the way shown in the Qur'an, he soon realises that the whole universe is a sign of God's power and art, and that, "nature is a work of art, not the artist itself". Every work of art exhibits the exceptional skills of the one who has made it and conveys his messages.

In the Qur'an, people are summoned to contemplate numerous events and objects that clearly testify to the existence and uniqueness of God and His attributes. In the Qur'an, all these beings that bear witness are designated as "signs", meaning "tested evidence, absolute knowledge and expression of truth". Therefore, the signs of God comprise all the beings in the universe that disclose and communicate the being and attributes of God. Those who can observe and remember will see that the entire universe is only composed of the signs of God.

This, indeed, is the responsibility of mankind; to be able to see the signs of God... Thus, such a person will come to know the Creator who created him and all other things, draw closer to Him, discover the meaning of his existence and his life and so prosper.

Each thing, the breaths a human takes, political and social
developments; the cosmic harmony in the universe, the atom, which is one of the smallest pieces of matter, is each a sign of God and they all operate under His control and knowledge, abiding by His laws. Recognising and knowing the signs of God calls for personal effort. Everyone will recognise and know the signs of God in accordance with his own wisdom and conscience.

Undoubtedly, some guidelines may also help. As the first step, one can investigate certain points stressed in the Qur'an in order to acquire the mentality that perceives the whole universe as an articulation of the things created by God.

God's signs in nature are emphasised in Surat an-Nahl:

It is He who sends down water from the sky. From it you drink and from it come the shrubs among which you graze your herds. And by it He makes crops grow for you and olives and dates and grapes and fruit of every kind. . There is certainly a sign in that for people who reflect. He has made the night and the day subservient to you, and the sun, the moon and the stars, all subject to His command. There are certainly signs in that for people who use their intellect. And also the things of varying colours He has created for you in the earth. There is certainly a sign in that for people who pay heed. It is He who made the sea subservient to you so that you can eat fresh flesh from it and bring out from it ornaments to wear. And you see the ships cleaving through it so that you can seek His bounty, and so that perhaps you may show thanks. He cast firmly embedded mountains on the earth so it would not move under you, and rivers and pathways so that perhaps you might be guided, and landmarks. And they are guided by the stars. Is He Who creates like him who does not create? So will you not pay heed? (Qur'an an-Nahl: 10-17)

In the Qur'an, God invites men of understanding to think about the issues which other people overlook, or just dismiss using such barren terms as "evolution", "coincidence", or "a miracle of 
nature".

In the creation of the heavens and the earth, and the alternation of night and day, there are Signs for people of intelligence: those who remember God standing, sitting and lying on their sides, and reflect on the creation of the heavens and the earth: "Our Lord, You did not create this for nothing. Glory be to You! So guard us from the punishment of the Fire. (Qur'an Ali-'Imran: 190-191)

As we see in these verses, people of understanding see the signs of God and try to comprehend His eternal knowledge, power and art by remembering and reflecting on them, for God's knowledge is limitless, and His creation flawless.

For men of understanding, everything around them is a sign of this creation.