Tuesday, May 22, 2012

Sebuah Kontemplasi Masa Depan

Ehmm, kira-kira sudah hampir 1 bulan saya tidak menulis di blog ini, takut kalau ini blog dicuekkin mulu bisa-bisa nasibnya sama terlantarnya dengan blog pink saya yang dulu, hehe..
Oke setidaknya ada beberapa hal yang ingin saya ceritakan di blog ini, semuanya sih tentang kesibukan beberapa waktu belakangan yang membuat saya khilaf sehingga menelantarkan blog ini, Maaf blog, hikksss *ambiltisuhapusairmata haha

Beberapa minggu lalu saya diamanahkan kembali untuk menjadi MC di Diskusi Jurnalistik kerjasama antara Indonesia Lawyers Club tvone dan Fakultas Hukum USU. Tau kan yah ILC itu apaan? yup, acara adu tanpa jotos yang dipandu oleh jurnalis hukum senior Bang Karni Ilyas. Subtansinya sih katanya hukum tapi untuk dijadikan referensi hhmmm, we need to rethink thousand times, sometime it only talks non sense.. Itu menurut pendapat saya, yang lain sih diberi kebebasan berfikir berbeda dengan saya :)

Ada suatu masalah juga terkait dengan hal itu, but it was solved, dan Alhamdulillah tidak terlalu membuat saya bagaimana2, meski sedikit rada pusing nyelesainnya hehe..

Dan minggu lalu, saya diundang untuk menjadi tamu di acara Talk Show pada suatu radio swasta terbesar dan cukup terkenal di Medan, City Radio FM. Talk Show-nya berbahasa inggris. Awalnya si mbak penyiar menghubungi saya dan bilang kalau talk show nya mengenai program keluar negeri saya kemarin, jadi saya fikir pembahasannya pastilah tidak jauh-jauh dari pengalaman saya selama di Australia beberapa bulan lalu. Saya santai, tidak ada persiapan dan juga tidak nervous, karena saya tipe orang yang bila mempersiapkan matang2 malah biasanya bisa buyar dan kacau, jadi membiarkan semuanya mengalir begitu saja lebih bekerja dan berhasil buat saya.

Sabtu, 12 Mei 2012, tepat pukul 10.00 WIB diantar Ibu ke Stasiun City Radio FM, sempat kesasar beberapa kali (ya, yah, gelar bolang memang tepat buat saya -_-) sedikit meleset 5 menit dari waktu yang dijanjikan, saya diantar satpam kedalam Gedung City Radio FM, gedungnya cukup besar, memiliki 3 lantai dengan dekorasi menarik, elegan dan terkesan mewah, lalu di lantai satu saya disambut dengan Kak Meyme, penyiar yang akan memandu "Saturday Fiesta Talk Show" nantinya, beliau langsung membawa saya ke lantai 3 tempat siaran berlangsung.

Lagi-lagi, saya lumayan terpesona dengan interior ruang studio siaran, karena ruangannya sangat comfy, luas, keren dan elegan. Kita langsung start siaran, awalnya sih pembicaraan sekitar memperkenalkan diri saya, mulai kegiatan, hoby dan lain-lain, lalu masuk ke topik tentang pengalaman selama saya di luar negeri. Sampai disitu sih masih terkesan "normal" dan berada di dalam jalur, lalu sebelum on air lagi selama break, Kak Meyme meminta saya untuk membaca suatu artikel mengenai gay, dan beliau mengatakan bahwa saya akan ditanyai pendapat terkait issue tersebut, dan yang pasti harus dijawab secara diplomatis dan no offense.

Tidak ada masalah pada part "gay" tersebut, namun yang menjadi masalah adalah pertanyaan selanjutnya, Kak Meyme tanpa memperingatkan lebih dulu, langsung todong saya dengan pertanyaan yang membuat saya mati keki, dan bingung mencari jawaban. Beliau bertanya tentang pengalaman "Love Life" saya, otomatis respon saya pertama kali adalah tertawa. Kebiasaan saya setiap diberikan pertanyaan atau statement yang membuat saya blushing adalah meresponnya dengan tertawa terlebih dahulu, karena ketika tertawa otak kiri saya akan sibuk mencari jawaban tepat yang dapat "menyelamatkan" saya tanpa membuka privasi saya lebih dalam namun jujur.

Yah, seperti yang sudah diketahui jika membaca post saya sebelumnya, maka akan ketahuan bahwa saya tidak pernah punya pengalaman percintaan. Selama 21 tahun 6 bulan usia saya, tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis, pacaran istilah anak mudanye. Pertama, karena prinsip, dalam kamus saya tidak dikenal istilah pacaran sebelum menikah, yang ada pacaran setelah menikah. Lantas, pertanyaan selanjutnya yang biasa ditanya orang2 kalau saya bilang tidak pernah pacaran adalah "Have I ever fell in love?" Maka jawabannya akan sama "TIDAK". Eits, tunggu bukannya saya tidak normal, jelas saya normal. Namun, setiap orang mendefinisikan cinta dengan arti yang berbeda, bagi saya cinta kepada lawan jenis  adalah ketertarikan yang tercipta atas kehendak Allah, yang kemudian melahirkan komitmen atas nama Allah, sebuah perjanjian yang sekuat perjanjian para nabi, Mitsaqaan Gholizon, lalu timbul lah suatu tanggungjawab dan kasih sayang yang dalam pelaksanaanya sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Dan menurut definisi tersebut bagi saya, Cinta adalah Pernikahan.

Dan, si Mbak Penyiar juga bertanya tentang kriteria pria idaman saya, aseeekkk.. Part mengkualifikasikan pendamping hidup selalu menjadi bagian paling menarik bagi tiap perempuan, hehe..

Pada dasarnya saya bukanlah orang yang terlalu menargetkan syarat ketat, meski teman2 lain sering bilang "Im picky on guy". Namun, memang ada beberapa syarat yang meski tidak berlaku mutlak tapi yah tetap jadi prioritas bagi saya.. Dan kualifikasi tersebut sejalan dengan yang diutarakan oleh Ibu angkat saya di Kangaroo Island, Australia, Anna Hadland sebelum melepas kepergian saya kembali ke Tanah Air.

1. Religious
Saya berharap orang yang mendampingi saya kelak adalah pasti seorang muslim yang baik, menjalankan kewajiban agama dan sunnah rasul beserta sifat hanif yang dimilikinya adalah syarat penting yang paling utama bagi saya, karena dia akan menjadi imam bagi saya dan anak-anak kami kelak.

2. Intelligent
Lalu, saya ingin dia lebih pintar dan berwawasan luas dari saya, mengapa? karena bagi saya dalam suatu hubungan, komunikasi adalah hal yang sangat penting. Saya membutuhkan seorang pendamping yang tidak hanya menjadi partner hidup saya namun juga sebagai imam bagi saya dan anak-anak kami kelak di masa depan, tentulah seorang yang cerdas dan mampu memimpin keluarganya adalah yang saya butuhkan. Seperti tipe golongan darah O lainnya, saya memiliki sifat dominan dalam ke-leadership-an, dan saya butuh seorang yang cerdas dan lebih berwawasan luas yang bisa menundukkan kedominasian saya dengan keintelektualannya. Karena terbukti, selama pengalaman saya, kedominasian saya selalu tunduk pada mereka yang memiliki keintelektualan. Selain itu, saya membutuhkan seseorang yang tidak hanya bisa berbicara tentang cinta dan hal romantis semata namun juga seseorang yang bisa saya ajak bertukar fikiran mengenai permasalahan yang ada baik domestik (rumah tangga) maupun sekedar isu-isu berkembang di masyarakat. Sehingga, dalam rumah tangga biarlah sifat dominan ini berkembang memang di ranahnya saya, yaitu ranah mengurusi urusan pekerjaan rumah seperti merawat suami dan anak-anak. Dalam hal contoh, ketika suami tidak mau dinasehatin untuk istirahat padahal sedang sakit, nah boleh lah kedominasian saya dipakai untuk memaksanya istirahat demi kesehatannya.

3.Humorous
Lalu kualifikasi selanjutnya adalah, He has to be humorous. Mengapa hal ini juga masuk dalam syarat? awalnya hal ini tidak terfikirkan oleh saya, namun nasehat ibu angkat saya membuat saya menambahkannya kedalam list. Ibu angkat saya bilang menikah dengan seseorang tanpa sense of humor ibarat menikah dengan robot. Sepertinya jika difikir2 memang iya hehe.. Papa adalah orang yang sangat humoris, sedang Ibu yang bertipe golongan darah A adalah seorang yang lumayan kaku, peace Mom, hehe.. Namun, kehumorisan papa selalu berhasil mencairkan suasana sehingga keluarga saya tidak pernah jauh-jauh dari candaan dan tawa, walhasil kalau ada hal yang tidak mengenakkan terjadi bisa cepat lupa dan kembali baik lagi setelah dapat siraman humoris papa, hehe.. Dalam rumah tangga, dibutuhkan suasana candaan yang bisa mengakrabkan anggota keluarga, dan candaan selalu berhasil merobohkan benteng pemisah diantara sesama, tentunya candaan yang sesuai konteks dan tidak berlebihan juga hehe. Toh Rasulullah juga sering bercanda dengan Aisyah, sehingga kehidupan rumah tangga tidak akan terkesan monoton.

4. Wise and Kind
Dan the next, dia haruslah seseorang yang baik dan bijak, pada dasarnya ini juga sudah satu paket sih dengan poin pertama, seorang muslim yang baik pastilah memiliki pribadi yang baik, lalu kenapa tetap masuk list? Sekedar untuk mempertegas dan memperpanjang list doang sih haha. Tapi yah, seorang suami memang harus bijak, karena dialah yang akan memimpin rumah tangga, nakhoda rumah tangga, dan kebijaksanaan tidak boleh jauh2 dari seorang pemimpin :)

5. He Has To Love Me The Way I Am and Love Me With All of Him
and The last but not least dan termasuk yang sangat penting adalah "He has to love me the way I am and love me with all of him". Yup, dalam rumah tangga dibutuhkan kepercayaan dan kepercayaan timbul akibat adanya rasa cinta diantara sesama. Dia haruslah seseorang yang mencintai saya dengan apa adanya saya, yaitu mencintai saya satu paket dengan kelebihan dan kekurangan yang saya miliki. Karena saya pun akan mencintainya dengan cara yang sama, mencintai kelebihan dan kekurangan yang ada padanya. Karena suami dan istri ibarat pakaian yang menutupi satu sama lain. Suami istri adalah satu jiwa dalam dua tubuh, yang sudah seharusnya melengkapi satu sama lain.



Dan berbicara tentang masa depan pastilah berkaitan dengan pernikahan dan karier. Saya terlahir dari keluarga dimana kedua orang tua bekerja, sehingga melihat keberhasilan Ibu yang meski telah menikah dan mempunyai 4 orang anak namun memiliki karier yang begitu cemerlang tanpa mengenyampingkan tugas beliau merawat suami dan anak, bahkan hadits "Al-Ummu Madrasatun" benar2 beliau aplikasikan, tidak setitikpun ilmu yang saya dapat hari ini lepas dari peranan Ibu tercinta. Sehingga saya pun ingin begitu, berkarier namun tetap tidak melupakan dan mengenyampingkan tugas saya sebagai istri dan Ibu. Awalnya sejak umur 16 tahun saya telah memiliki mimpi untuk menjadi seorang diplomat kelak, namun Ibu sangat menentang keinginan ini, meski ibu adalah orang yang menjunjung tinggi pendidikan, namun bagi beliau seorang perempuan haruslah lebih dulu mendahulukan kodratnya yaitu, menikah dan mempunyai anak. Nah, ketakutan Ibu apabila saya menjadi diplomat maka akan timbul keinginan saya untuk tidak menikah karena yah, tau sendiri dong gimana diplomat itu, posting sana-sini, karier cemerlang, kalau pun menikah masa suami ikut istri mulu kemana2. Maka, dengan pertimbangan hal tersebut saya pun kini telah mencoret impian menjadi diplomat tersebut dari list mimpi saya, karena keyakinan saya yang percaya bahwa Ridhollah fi Ridho Walidain. Belakangan timbul plan baru, saya ingin setelah menyelesaikan S1 langsung lanjut S2, dan kalau bisa di luar, kembali ke Australia, Ibu sih sedikit tidak setuju dengan ide ini, bagi Ibu tidak ada S2 sebelum menikah, namun bujukan yang telah saya gencarkan hampir 3 tahun tampaknya kini membuahkan hasil, Ibu kini mengeluarkan izin S2 sebelum menikah untuk saya meski dengan catatan "S2 harus overseas dan beasiswa". Saya terima kesepakatan tersebut dan jika suatu saat saya telah menikah dan suami meminta saya berhenti atau mengganti karir yang saya jalani maka akan saya lakukan. At least untuk sementara saya sudah mempunyai plan, meski masa depan Allah yang mengatur, dan saya yakin Allah is the best planner. Sehingga, jika rencana2 yang saya buat tidak berjalan sesuai yang saya rencanakan saya tidak akan kecewa dan akan menerimanya. Dan karena saya tidak tahu kapan saya menikah maka rencana ini lah yang akan saya pakai untuk masa depan, namun jika ditengah jalan seseorang mengajak saya untuk mengikat janji sekuat perjanjian para Nabi, Mitsaqan Ghalizhon dan Allah memang menakdirkannya seperti itu, then I will definitely accept it with pleasure.. Karena lagi-lagi, Allah is the best planner :)