Thursday, March 28, 2013

Tips Mengajar English Conversation

Bismillahirrahmanirrahim...

Kali ini saya akan membagikan tips mengajar english conversation, tips ini berdasarkan pengalaman saya mengajar english conversation selama 4 tahun baik di institusi maupun private dan beberapa referensi artikel oleh native speaker yang mengajar english conversation di overseas. Mengajar conversation mungkin sedikit lebih sulit daripada mengajarkan grammar kepada murid-murid anda. Anda biasanya hanya membutuhkan text books atau memberi exercise tests kepada murid anda untuk mengajarkan grammar kepada mereka. Berbeda dengan conversation, anda selain dituntut dapat berbahasa inggris dengan lancar layaknya native speaker, juga harus mempunyai banyak inovasi agar membuat murid-murid anda berani berbicara bahasa inggris tidak hanya sepatah dua patah kata namun juga fasih.


Tips 1 : Motivation
Hal pertama yang anda lakukan sebelum memulai mengajarkan mereka english conversation terlebih dahulu memotivasi mereka. Ini adalah "ritual" yang selalu saya gunakan setiap kali saya memulai kelas di setiap pertemuan, artinya tidak hanya dipertemuan pertama namun juga di pertemuan kedua, ketiga bahkan hingga pertemuan akhir. Mengapa motivasi sangat penting? Karena pada dasarnya mereka yang ingin belajar english conversation kebanyakan merasa minder dengan kemampuan bahasa inggris mereka. Mereka takut salah meletakkan grammar pada saat berbicara, mereka takut salah dalam pengucapan, intinya mereka malu, minder dan sangat tidak percaya diri dengan kemampuan bahasa inggris mereka, meski mungkin bisa jadi sebagian dari mereka sangat jago dalam hal grammar.

Motivasi mereka dengan meyakinkan mereka bahwa bahasa inggris sangat mudah, minta mereka terus mengulangi kata-kata "English Is Easy". Hal ini akan membantu mereka untuk percaya diri karena kata-kata ini telah terbenam di alam bawah sadar mereka. Saya bahkan selalu meminta murid saya untuk mengulangi kata-kata tersebut setiap hari didepan cermin, cara ini selalu efektif, dan pada pertemuan ketiga biasanya semua murid saya sudah tidak minder dan berani berbicara bahasa inggris meski grammar dan pronunciationnya masih tidak sesuai.


Tips 2 : Change Your Teaching Method
Ajarlah mereka dengan sistem yang tidak biasa. Trobos sistem membosankan yang membuat murid anda menghabiskan waktu lebih ke tata letak grammar. Ini adalah masalah yang paling sering dihadapi oleh kebanyakan orang Indonesia, sistem pendidikan di Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah lebih mengedepankan sistem pengajaran konvensional. Sistem ini lebih berpusat pada teori dan terlalu text book. Contoh dalam penggunaan tenses, siswa di Indonesia dituntut untuk dapat menguasai 16 rumus tenses dengan formula yang memusingkan, walhasil bahasa inggris seperti momok menakutkan selevel dengan kalkulus. 

Padahal cara cepat agar siswa menyukai bahasa inggris adalah dengan menyuruh mereka mempraktekkannya secara langsung dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Salah satu cara yang saya sukai untuk mengajar anak-anak usia sekolah dasar adalah dengan menggunakan gambar, warna, dan dengan menunjukkan benda-benda tersebut secara langsung dihadapan mereka tanpa menyebutkan nama-nama tersebut dalam bahasa Indonesia. Metode ini saya adopsi dari metode pembelajaran yang diajarkan di pesantren saya. Guru saya tidak pernah menuliskan diatas papan seperti book adalah buku. Mereka langsung membawa buku dihadapan kami, dan meminta kami mengulangi kata "book" berkali-kali sambil mengangkat buku tersebut. Cara ini efektif, buktinya dalam waktu 6 bulan saya dan teman-teman dapat lancar berbahasa inggris dan bahasa arab. Dan tidak jarang kami belajar diluar jika topik yang dibahas berkaitan dengan keadaan diluar, contoh kami akan dibawa ke taman untuk mengenalkan tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan binatang-binatang yang dapat kami temui disana. 

Jika murid yang anda ajarkan usianya diatas 15 keatas, anda dapat memulainya dengan menanyakan kegemaran atau interest mereka. Contoh saya pernah mengajar lima orang dokter yang sedang menjalani resident nya di rumah sakit negara. Usia mereka rata-rata 20 tahun lebih tua dari saya, maka hal yang saya lakukan adalah dengan membaca beberapa artikel kedokteran di internet dan membawa beberapa topik untuk dibahas bersama mereka. Hasilnya mereka sangat antusias, selain saya juga mendapat pengetahuan baru dan bahkan tidak jarang saya mendapat konsultasi gratis dari mereka, hal ini juga membantu menaikkan kepercayaan diri mereka, karena yang dibahas adalah bidang yang sangat mereka kuasai. Untuk Vocabulary  Building mereka saya beri 5 kosa kata baru yang berkaitan dengan kedokteran. 

Untuk usia keatas saya lebih sering memberi sedikit vocabulary dibanding anak-anak usia bawah. Karena kemampuan otak menangkap dan mengingat hal baru yang lebih rendah dibanding anak-anak, saya juga mempertimbangkan waktu yang mereka punya, biasanya usia diatas 20 tahun mempunyai kesibukan yang menyita banyak waktu, sehingga agar mereka tidak merasa terbebani dengan task yang saya beri, saya biasanya akan memberi beberapa limit. Namun, tidak jarang saya memberi 10 kosa kata perminggu untuk dihapal kepada murid saya yang usianya 20 ke atas dengan pertimbangan jika dia mahasiswa dan mempunyai kemampuan otak yang cepat menangkap hal baru.

Selain hal tersebut, saya tidak jarang menggunakan film sebagai media pembelajaran, biasanya saya akan memilih 3 jenis film dari Amerika, Inggris dan Australia. Selain menonton film menyenangkan dan membuat belajar menjadi tidak monoton, hal ini juga saya lakukan untuk mengenalkan kepada murid-murid saya perbedaan aksen dari ketiga negara tersebut dan membiasakan mereka mendengar bahasa inggris langsung dari native-nya. Selain itu saya juga menset english sebagai subtitle film, tujuannya adalah membuat mereka mengetahui pronunciation yang sebenarnya. Contoh kata Pious biasanya dibaca murid saya  "Piaus" dan ketika mereka menonton film dan mendengar aktor di film menyebut Pious "Payes" mereka menjadi tahu pronunciation yang benar.

Saya juga selalu mewajibkan murid-murid saya untuk berkomunikasi dengan bahasa inggris dengan saya baik melalui media sosial maupun bertemu langsung diluar kelas, bahkan terkadang saya mewajibkan mereka untuk selalu berkomunikasi bahasa inggris antar sesama mereka dimanapun mereka bertemu. Tujuannya tidak lain untuk membiasakan mereka berkomunikasi menggunakan bahasa inggris.

Jika anda mempunyai teman native, anda bisa meminta bantuannya melalui media online yang dapat anda gunakan. Saya sering meminta bantuan kepada teman saya di New York dan beberapa teman saya di Australia untuk berbicara langsung dengan murid-murid saya via Skype. Cara ini membantu murid-murid anda untuk meningkatkan listening dan kepercayaan diri mereka untuk berbicara bahasa inggris di depan orang asing.

Biasanya setelah pertemuan hampir berakhir saya akan membawa murid-murid ke tempat wisata terdekat di provinsi saya yang sering dikunjungi turis mancanegara. Contoh saya membawa mereka ke Bukit Lawang dan sesampainya disana saya memberikan task kepada mereka seperti mewawancarai beberapa turis asing, menuliskan hasil wawancara mereka dan mengambil foto bersama sebagai bukti dan sekaligus sebagai kenang-kenangan bagi mereka personal. Mereka saya bekali dengan beberapa cindera mata asli provinsi seperti gantungan kunci dari kayu untuk dijadikan sebagai souvenir sebagai ucapan terima kasih kepada turis yang bersedia di wawancara. Selain cara ini efektif meningkatkan kemampuan bahasa inggris mereka, cara ini juga dapat menambah pengalaman dan memberikan kenangan tersendiri bagi murid-murid anda. 


Tips 3 : Talk Less and Listen More
Mengajar english conversation tidak membuat anda berbicara lebih banyak dikelas seperti mengajar pelajaran lainnya. Karena yang membutuhkan berbicara banyak itu adalah murid anda dan bukan anda sebagai pengajar. Bukan berarti anda harus diam selama kelas berlangsung. Namun, berbicaralah sedikit dan biarkan murid anda yang berbicara lebih banyak. Itulah sebabnya mengapa saya hanya akan membuka kelas jika ada minimal 4 atau 5 murid dalam 1 kelas, karena saya ingin murid-murid saya berinteraksi satu sama lain dan lebih percaya diri dalam berbicara bahasa inggris dihadapan orang lain. Anda boleh berbicara banyak sesekali karena murid anda biasanya senang mendengarkan guru mereka berbicara bahasa inggris dengan lancar, namun jangan terlalu sering. Anda boleh masuk ke percakapan mereka dengan memberi beberapa pertanyaan atas percakapan yang mereka bicarakan, tunjukkan antusias anda terhadap topik yang mereka perbincangkan. 

Contoh salah satu murid saya mempunyai suatu side job di bagian pertanian, ketika dia berbicara masalah okulasi tanaman yang dia lakukan, saya menanyakan beberapa hal mengenai okulasi dan dia menjawabnya sangat antusias dan bersemangat meski bahasa inggrisnya masih tersendat dan sering kesulitan di pemilihan kosa kata, biasanya saya akan membantunya menemukan kosa kata yang cocok dipakai.

Jika percakapan tersebut ditanggapi antusias oleh murid lainnya anda tidak perlu terlalu intens masuk ke percakapan mereka, anda cukup mendengar seksama sambil sesekali mencatat kesalahan yang anda anggap sangat perlu diperbaiki. Biarkan mereka berbicara dan anda mendengar dengan baik.


Tips 4 : Stop Being Grammatical Error Police
Berhentilah terus-terusan memperbaiki grammar mereka setiap kali mereka berbicara, bukan berarti anda tidak boleh memperbaikinya, anda diwajibkan untuk memperbaikinya namun jangan semua grammatical error, catat kesalahan mereka dan highlight kesalahan besar yang menurut anda paling krusial untuk diperbaiki dan tinggalkan yang minor. Karena jika anda terus-terusan memperbaiki grammar mereka akan menurunkan kepercayaan diri mereka, dan sebaliknya bukannya anda membuat mereka bisa berbahasa inggris dengan lancar anda malah membuat mereka takut berbahasa inggris.

Pada saat SMA kelas 3 saya mempunyai guru dari Amerika yang sangat dekat dengan saya seperti sahabat dan sampai sekarang masih menjadi sahabat saya. Selama saya berbicara dengannya dia tidak pernah memperbaiki satu pun kata-kata saya, hingga memasuki bulan keenam pertemanan kami, dia mulai mengoreksi sedikit-sedikit grammar dan pronunciation saya, setelah saya bertanya ternyata dia melakukan hal tersebut agar saya tetap berani untuk berbicara bahasa inggris. Jika dia memperbaiki dari awal dia yakin saya tidak akan mau lagi berbahasa inggris dengannya.

Dari hal itulah saya belajar untuk tidak terlalu sering memperbaiki kesalahan grammar murid-murid saya apalagi di awal pertemuan, namun setelah lewat beberapa pertemuan dan kami sudah mulai akrab saya biasanya sudah sedikit mulai intens memperbaiki grammar dan pronunciation mereka meski tidak juga terlalu sering. Dan hasilnya mereka lebih mudah menerima dan langsung memperbaikinya tanpa merasa minder, karena kepercayaan diri mereka telah terbangun.


Tips 5 : Praise and Give Them Award
Murid anda akan lebih percaya diri jika anda tidak pelit memberikan mereka pujian setiap mereka berhasil menyelesaikan suatu task yang anda berikan. Saya sering memberikan pujian kepada murid-murid saya disetiap mereka membuat kemajuan dan menyelesaikan task yang saya berikan. Biasanya jika anda memberi mereka pujian terlebih dahulu lalu memperbaiki kesalahan mereka dengan halus mereka akan menerimanya sebagai bentuk dorongan anda atas kebaikan dan keberhasilan mereka kedepannya. Contoh pujian yang saya berikan biasanya seperti ini :

"Untuk A, kamu sudah sangat bagus dalam menempatkan kata-kata, sudah sedikit lancar dan fasih, nah tapi ada yang kurang, yaitu pronunciation kamu yang agak kurang tepat, kalau kamu mengasah sedikit saja kamu akan bisa berbahasa inggris dengan sangat brillian"

Pujian diselingi dengan koreksi kesalahan mereka akan mudah diterima daripada anda langsung menjudge atau mengurai kekurangan mereka.

Jangan ragu untuk memberikan mereka award. Memberi award kepada murid anda membantu mereka untuk lebih bersemangat mengerjakan task yang anda beri, dan lebih berusaha untuk membuat progress. Biasanya saya selalu memberi award bagi murid saya yang mendapat poin paling banyak di akhir pertemuan nanti, siapa saja mempunyai kesempatan mendapatkan award selama mereka dapat mengumpulkan poin yang banyak. Dan saya juga biasanya selalu memberi award khusus untuk murid dengan level kemampuan bahasa inggris yang paling rendah. Hal ini saya lakukan agar dia lebih bersemangat mengejar ketinggalan dan tidak merasa minder dengan murid yang lain yang jauh lebih bagus. Award yang saya berikan tidak pernah cuma-cuma, saya selalu memberikan task yang harus diselesaikan agar dia dapat menerima award tersebut. Contoh, saya akan memberi buku/novel yang saya beli dari luar negeri baik secara langsung maupun dari shipping, dan biasanya price tagnya tidak saya cabut, bukannya untuk show off namun untuk menjadi bukti bahwa dia mendapat award dari luar negeri bukan award sembarangan yang bisa didapat di Indonesia. Cara ini selalu berhasil membuat murid saya dengan level kemampuan bahasa inggris paling rendah lebih bersemangat, lebih termotivasi dan tidak minder lagi karena dia juga merasa spesial meski kemampuan bahasa inggrisnya tidak seperti murid lainnya.

Dan inilah beberapa tips mengajar english conversation yang dapat saya bagikan, semoga bermanfaat bagi anda yang ingin atau sudah memulai mengajar english conversation. Selamat Mengajar !! :)




Friday, March 22, 2013

"Hidup Itu Pilihan"

Menjadi mahasiswa semester akhir itu ada senang ada juga sedihnya, senangnya mata kuliah yang diikutin sudah mulai berkurang, sedihnya skripsi yang ga kelar2 mulai menghantui tiap malam, dan tidak jarang terbawa mimpi (kebiasaan saya kalau ada sesuatu yang belum selesai pasti dipikirin sampai larut2 dan walhasil terbawa mimpi)--"

Tadi malam saya mengecek email dan ternyata ada email dari Kedubes Australia di Jakarta (Program AIYEP yang saya ikutin karena bekerja sama langsung dibawah Kementerian Luar Negeri Australia maka pihak pemerintah Australia terus memfollow-up para alumninya, sehingga hubungan kerjasama tidak terputus begitu saja) isi emailnya mengenai Australia Awards Scholarship atau yang dulu dikenal sebagai ADS. Pendaftaran sudah dibuka dan ditutup Juli ini, banyak alumni AIYEP yang kembali ke Land Down Under lewat jalur beasiswa ini. Begitu saya melihat email tersebut, langsung kegalauan menghantui. Gimana ga galau coba, bulan juli itu saya belum tamat dan saya masih dalam proses sidang skripsi (inshAllah, Amin) dan akan di wisuda paling cepat bulan Agustus. Itu artinya, saya tidak bisa meng-apply untuk scholarship periode 2014 ini. Karena jika saya mau apply, maka saya baru bisa meng-apply di tahun 2014 untuk keberangkatan tahun 2015. Galau pun semakin bertambah mengingat semester ini harus menjadi semester terakhir saya, itu artinya 19 sks yang masih saya ambil tidak boleh ada yang gagal. Jika tidak, saya akan semakin lama tamat, dan semakin lama S2 dan semakin lama menikah dan akhirnya saya harus rela mendengar ceramahan ibu saya di tahun2 usia saya semakin menua. Kebiasan saya yang selalu membuat plan hidup membuat saya semakin galau tingkat ASEAN, lol.

Mengapa saya bisa begitu lama tamat? well, sebenarnya masih dalam waktu normal, 4 tahun, meski meleset dari plan awal saya, yaitu 3,5 bulan. Jawabannya adalah Program AIYEP yang saya ikutin 2011 lalu, program ini berlangsung selama 5 bulan, dimana saya yang masih berstatus mahasiswa semester 5 dan harus rela mengambil PKA alias cuti kuliah selama 1 semester. Tapi mengutip dari PD3 Fakultas saya, beliau mengatakan "Hidup itu pilihan, Maulida". Yah, ketika itu memang saya harus memilih dan saya memilih tamat lebih lama daripada melewatkan kesempatan yang tidak semua pemuda di Indonesia mendapatkan kesempatan ini. Maksudnya setiap orang bisa keluar negeri, bisa ke Australia, baik dengan uang sendiri maupun beasiswa sekolah, namun hanya 18 pemuda tiap tahunnya (dalam kurun waktu 31 tahun belakangan ini) yang berkesempatan sebagai duta bangsa mewakili Indonesia di negeri kangguru tersebut. Pengalaman dan status yang diemban juga berbeda.

Dan program ini juga yang membuat nama saya sedikit dikenal para Dekanat di fakultas (meski sebelumnya sudah dikenal, ahem) hingga pihak rektorat. Untuk dekanat pastilah tahu, karena kan saya minta izin PKA melalui dekanat, namun untuk rektorat saya tidak pernah memberitahu apapun, dan terakhir saya tahu ternyata Dekan, PD2 dan PD3 saya yang "menyebarkan gosip" ini hingga ke Rektor, terima kasih banyak Pak buat promosinya, haha XD

Maka, begitu saya kembali dari program tawaran kompetisi nasional yang membutuhkan kemampuan bahasa inggris bahkan hingga mewakili universitas di luar negeri mulai berdatangan, ketika anggota satu tim saya yang lain di seleksi terlebih dahulu, saya langsung dipilih tanpa proses seleksi (kok kedengerannya ga adil yah? haha) dan beberapa kali dipilih menjadi ketua tim untuk mewakili kampus.

Benar, program ini ibarat batu loncatan bagi saya, dosen-dosen di fakultas juga sering kali memberi ekspektasi tinggi. Contoh ketika kompetisi Debat Mahkamah Konstitusi, saya ditawari seorang dosen untuk menjadi salah satu tim debater dan tahun berikutnya beliau juga masih menawari saya. Mungkin anggapan banyak orang bahwa orang yang pernah mendapat beasiswa keluar negeri melalui sebuah rangkaian tes yang lumayan panjang menguasai segalanya. Mungkin yah berlaku bagi beberapa orang, seperti senior-senior saya yang mempunyai kemampuan otak diatas rata2. Namun, tidak bagi saya, saya yang mengambil jurusan hukum internasional, yah jagonya di situ saja, kalau sudah masuk ranah hukum lain tidak sebegitu ekspert, apalagi hukum tata negara.

Program ini juga yang buat saya agak sedikit lebih terkenal di kampus karena beberapa dosen lumayan gencar menyebut2 nama saya di kelas2 adik junior, akhirnya masa itu datang juga, masa dimana nama saya yang disebut menggantikan nama-nama senior saya yang dulu paling sering disebut2 dosen sebagai mahasiswa yang patut dicontoh. Yah, meski saya masih ketinggalan jauh dibanding mereka, setidaknya saya "berlari" di lapangan yang sama *menghibur diri sendiri haha

Dan kemarin juga seorang dosen setelah selesai mengajar kuliah ketika saya hampir meninggalkan kelas beliau, saya dipanggil, ternyata beliau sedang dalam proses pengajuan program research di Leiden Universiteit, Belanda. Beliau kemudian menunjukkan saya proposal research yang akan beliau ajukan dan meminta pendapat saya apakah proposal tersebut bagus atau tidak. Kontan saya terkejut, I meant saya ini tamat S1 saja belum bagaimana bisa dimintai pendapat untuk memeriksa proposal yang diajukan seorang doktor. weleh, weleh, tapi untuk menghargai sang dosen atas kepercayaan terhadap saya, maka saya pun membaca skimming dan kemudian meyakinkan beliau bahwa proposal tersebut sangat bagus. Well, proposal tersebut memang bagus,  menurut saya idenya orisinil dan aplicable. Di akhir beliau minta tolong saya membantu beliau mengkoreksi terjemahan bahasa inggrisnya dan langsung saya iyakan sebagai balasan atas ilmu beliau, halah haha.

Intinya yah, memang tanpa program tersebut kehidupan mahasiswa saya mungkin tidak akan semulus dan sebaik sekarang ini, jadi seperti kata PD3 saya yang selalu mensupport saya dalam banyak hal "Hidup itu pilihan, Maulida". Saya telah memilih, maka saya telah bersedia untuk menerima kebaikan dari pilihan saya begitu juga dengan konsekuensi2 yang harus saya hadapi kedepannya. Biarlah lama tamat asalkan berkualitas, asiik.

At the end, menyerahkan segalanya kepada Sang Maha Perencana adalah jalan paling terbaik dan paling teraman untuk saya tempuh. Semoga rencana yang saya susun berjalan lancar dan diridhoi Allah, jika pun berubah, saya yakin rencana Allah lebih baik dari rencana maupun mimpi yang saya tuliskan... "Allah knows, while you may know not"


Friday, March 15, 2013

Time To Change My Habit *Fiuhh

Setelah sekian tahun "memelihara" kebiasaan saya men-silent-kan hape akhirnya momen itu datang juga, yah momen saya kehilangan rezeki akibat kebiasaan ini haha *ketawamiris. Kejadiannya sore tadi, sekitar jam setengah 6 sore ketika saya mau menghidupkan music player di Blackberry butut saya, dan baru notice ada sms masuk dari sahabat saya. Isi smsnya kurang lebih mengenai tawaran jadi interpreter di New Zealand Education Fair, dan ternyata sms tersebut sudah dikirim setengah jam yang lalu, dan ada misscall dari sahabat saya juga di jam yang sama. Ketika saya confirm bisa, setengah jam baru dapat balasan darinya, ternyata karena kelamaan balas, tawaran tersebut sudah ada yang mengisi. Agak kecewa sih, kecewa sama dengan diri sendiri maksudnya, haha.

Saya selalu menyukai pekerjaan menjadi interpreter, bukan berarti ini job future yang saya idam-idamkan, tapi lebih kepada job pengisi waktu kosong. Dari SMA saya sudah sering menjadi interpreter jadi seperti candu kalau ada tawaran untuk menjadi interpreter. Tapi siapa sangka, kebiasaan men-silent-kan hape (ibu saya menyebut ini kebiasaan buruk), malah membuat saya kehilangan kesempatan. Saya bukan mengejar fee, kebiasaan saya kalau sudah ada tawaran kerjaan tidak pernah memikirkan fee terlebih dahulu, tapi pengalaman itu yang saya kejar. Entah mungkin saya masih terlalu muda untuk bertindak layaknya professional dalam menetapkan fee, atau memang saya belum terlalu memikirkan fee, ntahlah yang pasti experience comes first bagi saya.

Balik lagi ke kebiasaan mensilentkan hape, kebiasaan ini sudah saya terapkan sejak saya mengenal telpon genggam. Saya bisa dikatakan sensible person untuk suara, deringan hape sering kali membuat saya merasa terganggu dan bahkan jika hanya berupa getaran. Pernah ketika saya tidur ada yang menelpon lalu dalam keadaan setengah sadar, saya ambil hape saya, lalu saya bungkus dengan cover bed dan memasukkannya ke kolong tempat tidur, agar getarannya tidak terasa dan terdengar oleh saya, sampai sebegitunya saya membenci suara nada dering maupun getar dari hape.

Setiap sahabat saya sleep over dirumah selalu saya warning untuk mensilentkan hape jika tidak mau hapenya saya bungkus cover bed dan saya masukkan ke kolong tempat tidur. Kakak saya setiap mau tidur di kamar saya selalu saya warning hal yang sama. Saya selalu heran dengannya yang menyetel suara alarm super kencaaaaaangggg tapi tidak terbangun sama sekali, sedangkan saya, nada "bip" tanda BBM masuk saja sudah bisa membuat saya melek.

Kebiasaan over sensitive dengan suara ini sepertinya diwariskan secara genetik oleh papa saya. Papa yang kita julukin memiliki pendengaran super sensitive bisa mendengar suara kendaraan dari jarak jauh atau suara pelan orang membuka pintu disaat yang lain tidak mendengar.

Selain oversensitive dengan suara dering hape, saya juga bukan tipe orang yang selalu berkutat dengan hape, jadi jangan heran jika saya jarang membalas sms dan menjawab telpon, karena selain hape yang silent, saya juga sering lupa dimana saya meletakkan hape. Paling susah kalau sudah kecarian hape, mau di miss call juga percuma, walhasil yah bongkar seluruh tempat, hehe.

Well, kejadian sore ini menjadi intropeksi bagi saya. Meski Ibu sering memarahi saya karena kebiasaan ini tapi saya tetap tekun menjalankannya haha. Yah, memang kebiasaan mensilentkan hape ini tidak baik, karena kalau ada terjadi apa-apa akan sulit dihubungi, dan kalau seperti kejadian sore ini akhirnya yang rugi saya sendiri. Detik saya menyadari kebiasaan saya membuat saya kehilangan kesempatan, saya tanpa pikir panjang langsung mengubah BB butut saya dari mode silent menjadi mode normal. Yah, akhirnya zaman mensilentkan hape tamat sudah.