Setelah sekian tahun "memelihara" kebiasaan saya men-silent-kan hape akhirnya momen itu datang juga, yah momen saya kehilangan rezeki akibat kebiasaan ini haha *ketawamiris. Kejadiannya sore tadi, sekitar jam setengah 6 sore ketika saya mau menghidupkan music player di Blackberry butut saya, dan baru notice ada sms masuk dari sahabat saya. Isi smsnya kurang lebih mengenai tawaran jadi interpreter di New Zealand Education Fair, dan ternyata sms tersebut sudah dikirim setengah jam yang lalu, dan ada misscall dari sahabat saya juga di jam yang sama. Ketika saya confirm bisa, setengah jam baru dapat balasan darinya, ternyata karena kelamaan balas, tawaran tersebut sudah ada yang mengisi. Agak kecewa sih, kecewa sama dengan diri sendiri maksudnya, haha.
Saya selalu menyukai pekerjaan menjadi interpreter, bukan berarti ini job future yang saya idam-idamkan, tapi lebih kepada job pengisi waktu kosong. Dari SMA saya sudah sering menjadi interpreter jadi seperti candu kalau ada tawaran untuk menjadi interpreter. Tapi siapa sangka, kebiasaan men-silent-kan hape (ibu saya menyebut ini kebiasaan buruk), malah membuat saya kehilangan kesempatan. Saya bukan mengejar fee, kebiasaan saya kalau sudah ada tawaran kerjaan tidak pernah memikirkan fee terlebih dahulu, tapi pengalaman itu yang saya kejar. Entah mungkin saya masih terlalu muda untuk bertindak layaknya professional dalam menetapkan fee, atau memang saya belum terlalu memikirkan fee, ntahlah yang pasti experience comes first bagi saya.
Balik lagi ke kebiasaan mensilentkan hape, kebiasaan ini sudah saya terapkan sejak saya mengenal telpon genggam. Saya bisa dikatakan sensible person untuk suara, deringan hape sering kali membuat saya merasa terganggu dan bahkan jika hanya berupa getaran. Pernah ketika saya tidur ada yang menelpon lalu dalam keadaan setengah sadar, saya ambil hape saya, lalu saya bungkus dengan cover bed dan memasukkannya ke kolong tempat tidur, agar getarannya tidak terasa dan terdengar oleh saya, sampai sebegitunya saya membenci suara nada dering maupun getar dari hape.
Setiap sahabat saya sleep over dirumah selalu saya warning untuk mensilentkan hape jika tidak mau hapenya saya bungkus cover bed dan saya masukkan ke kolong tempat tidur. Kakak saya setiap mau tidur di kamar saya selalu saya warning hal yang sama. Saya selalu heran dengannya yang menyetel suara alarm super kencaaaaaangggg tapi tidak terbangun sama sekali, sedangkan saya, nada "bip" tanda BBM masuk saja sudah bisa membuat saya melek.
Kebiasaan over sensitive dengan suara ini sepertinya diwariskan secara genetik oleh papa saya. Papa yang kita julukin memiliki pendengaran super sensitive bisa mendengar suara kendaraan dari jarak jauh atau suara pelan orang membuka pintu disaat yang lain tidak mendengar.
Selain oversensitive dengan suara dering hape, saya juga bukan tipe orang yang selalu berkutat dengan hape, jadi jangan heran jika saya jarang membalas sms dan menjawab telpon, karena selain hape yang silent, saya juga sering lupa dimana saya meletakkan hape. Paling susah kalau sudah kecarian hape, mau di miss call juga percuma, walhasil yah bongkar seluruh tempat, hehe.
Well, kejadian sore ini menjadi intropeksi bagi saya. Meski Ibu sering memarahi saya karena kebiasaan ini tapi saya tetap tekun menjalankannya haha. Yah, memang kebiasaan mensilentkan hape ini tidak baik, karena kalau ada terjadi apa-apa akan sulit dihubungi, dan kalau seperti kejadian sore ini akhirnya yang rugi saya sendiri. Detik saya menyadari kebiasaan saya membuat saya kehilangan kesempatan, saya tanpa pikir panjang langsung mengubah BB butut saya dari mode silent menjadi mode normal. Yah, akhirnya zaman mensilentkan hape tamat sudah.
No comments:
Post a Comment